Angka Kematian Ibu (AKI) di Bojonegoro dan Peta Sebarannya
Admin, Published at 2020-12-02
Sumber: Data diolah dari Profil Kesehatan Jawa Timur, 2019
Bojonegoro - Meski memiliki Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang cukup tinggi dibanding rata-rata kabupaten dan kota di Indonesia, namun ironisnya, Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Bojonegoro hingga saat ini masih sangat tinggi. Data terbaru, AKI Kabupaten Bojonegoro tahun 2019 mencapai 149.66 Per 1000 Kelahiran Hidup, menempati peringkat tertinggi No. 2 di Provinsi Jawa Timur. Menyikapi permasalahan ini, peneliti Poverty Resource Center Initiave (PRCI), Asri Kacung menilai, tingginya kasus kematian ibu di Bojonegoro ini, diantaranya dapat disebabkan karena kurangnya pemeriksaan selama kehamilan, adanya penyakit penyerta pada ibu hamil, seperti hipertensi, diabetes, dan bisa jadi juga karena adanya keterlambatan rujukan.
"Pada tahun 2019 dilaporkan ada 26 kasus kematian ibu di Bojonegoro atau sekitar 149.66 Per 1000 kelahiran hidup," kata Asri, panggilan akrabnya.
Menurut Asri, untuk menekan angka kematian ibu ini, maka diperlukan intervensi dengan memperbanyak promosi kesehatan pada ibu hamil, meningkatkan edukasi agar mereka melakukan pemeriksaan selama kehamilan secara rutin, menjaga gizi dan asupan vitamin serta memberikan dukungan sosial yang baik selama kehamilan dan melahirkan. "Dukungan dari keluarga, terutama suami sangat dibutuhkan pada fase ini".
Asri menyebutkan, pada tahun 2019 jumlah kasus kematian ibu di Bojonegoro, berdasarkan data Per Puskesmas tercatat yang tertinggi di Kecamatan Kapas dan Kepohbaru, masing-masing terdapat tiga kasus kematian ibu. Lalu Kecamatan Baureno, Kedungadem dan Sumberejo, dengan masing-masing terdapat dua kasus dan 14 kasus kematian ibu lagi yang tersebar di beberapa kecamatan lainnya.
Pria kelahiran Kecamatan Ngasem ini mengungkapkan, selain meningkatkan upaya preventif dengan promosi kesehatan pada ibu hamil, agar pemeriksaan kehamilan secara rutin, pemberian gizi dan asupan vitamin bisa berjalan optimal, maka pelayanan kesehatan primer juga perlu ditingkatkan. Sehingga ibu hamil bisa mendapatkan pelayanan secara maksimal.
"Inilah kenapa jumlah Puskesmas, fasilitas kesehatan dan juga tenaga kesehatan, seperti bidan dan perawat perlu ditambah, biar akses pemeriksaan kehamilan lebih mudah, sehingga komplikasi pasca melahirkan bisa diminimalisir," pungkasnya.
Senada, pegiat Suara Perempuan Penggerak Komunitas (SPEaK), Nita Puji Arti menambahkan selain menekankan pada tindakan preventif dengan memaksimalkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk ibu hamil, juga diperlukan edukasi sejak dini kepada pasangan yang akan dan sudah menikah agar mempersiapkan sebaik mungkin terkait persiapan pra sampai post kehamilan.
"Dengan ditingkatkannya tindakan preventif tersebut, harapannya selaras dengan pengetahuan pasangan terkait kesehatan reproduksi (kespro) yang juga meningkat. Jadi, bisa menekan mundur Angka Kematian Ibu (AKI) di Bojonegoro," kata Nita, panggilan akrabnya.
Sekedar informasi saja, untuk 3 (tiga) kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur dengan Angka Kematian Ibu (AKI) tertinggi pada tahun 2019 adalah Kabupaten Situbondo, dengan Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 198 Per 1000 kelahiran hidup. Peringkat kedua, Kabupaten Bojonegoro, dengan AKI sebesar 149.66 Per 1000 kelahiran hidup. Selanjutnya, Kabupaten Madiun, dengan AKI sebesar 146.64 Per 1000 kelahiran hidup.