Angka Stunting di Kawasan Industri Migas Bojonegoro Tinggi

Admin, Published at 2023-01-28

Sumber: (Ilustrasi) Freepik.com

Bojonegoro – Permasalahan gizi seperti stunting menjadi salah satu isu prioritas dalam rencana pembangunan nasional. Stunting sendiri didefinisikan sebagai gangguan pertumbuhan pada anak di bawah lima tahu akibat kekurangan gizi kronis karena kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama. 

“Angka stunting di Indonesia saat ini masih cukup tinggi, menempati urutan tertinggi ke-5 dunia; dan berada di urutan ke-2 di kawasan Asia Tenggara,” ujar Aw Syaiful Huda, peneliti Poverty Resource Center Initiative (PRCi).

Di Kabupaten Bojonegoro sendiri, kantong-kantong stunting merata tersebar di berbagai desa. Termasuk beberapa desa sekitar kawasan migas.

“Dari 10 desa dengan prevalensi stunting tertinggi di Bojonegoro, beberapa di antaranya merupakan desa-desa sekitar Ring 1 kawasan migas lapangan Banyu Urip, Blok Cepu,” ujar dia. 

Awe mengungkapkan, berdasarkan data Bangda Kemendagri yang diakses Per 2 Januari 2023, beberapa desa dengan angka stunting tertinggi di Bojonegoro, diantaranya, Desa Pilanggede dengan angka prevalensi stunting sebesar 29,9 persen, disusul secara berturut Desa Begadon sebesar 29,9 persen, Desa Sendangrejo sebesar 25,3 persen, Desa Karangdinoyo sebesar 23,9 persen, Desa Mulyoagung sebesar 22,8 persen, dan Desa Ngantru sebesar 22,5 persen.

Awe berharap agar pemerintah daerah dan pemerintah desa, memiliki perhatian serius terkait masalah stunting. Karena stunting berpotensi menyebabkan dampak jangka panjang seperti gangguan kognitif, tingkat kemampuan belajar rendah, kesehatan rentan dan lainnya.

“Anak dengan stunting juga menyebabkan perkembangan otak tidak optimal, sehingga akan berpengaruh pada kemampuan kognitif (kecerdasan) nantinya,” ungkap Awe.

Penanganan stunting, lanjutnya, disebabkan oleh banyak faktor, selain karena tingkat kesejahteraan keluarga, juga dipengaruhi aspek budaya, hingga tingkat pendidikan, pengetahuan dan kesadaran orang tua dalam pola asuh anak. Untuk bisa menekan permasalan stunting, dibutuhkan beberapa bentuk intervensi dari pemerintah daerah, meliputi intervensi spesifik dan intervensi sensitif.

Intervensi spesifik yakni program kegiatan pemerintah daerah yang langsung mengatasi penyebab terjadinya stunting, seperti pemantauan pertumbuhan anak oleh petugas kesehatan secara intens, pemberian makanan tambahan, pemberian suplemen mikronutrien, konseling menyusui dan lainnya.

Adapun intervensi sensitif adalah bentuk program kegiatan yang berhubungan dengan penyebab tidak langsung stunting, seperti peningkatan akses air bersih dan sanitasi, akses pangan bergizi, peningkatan literasi kesehatan keluarga dan lainnya.

Selain kedua bentuk intervensi ini, ada lagi bentuk intervensi pendukung, yakni suatu bentuk program kegiatan yang mendukung peningkatan kesehatan masyakat, seperti penguatan layanan Posyandu, surveilans gizi dan lainnya.

“Program kesehatan di daerah masih dominan program-program yang cenderung kuratif, sementara program kesehatan yang bersifat pencegahan ataupun promosi kesehatan masih sangat minim. Padahal ini sangat penting sekali,” pungkasnya.

 

Share Link: