Eps. 10 Ngobrol Idealisme dan Proses Kreatif Kelompok Musik 'Thuthak Thuthuk Gathuk'

Admin, Published at 2021-07-05

sungai mengalir, mengalir ke samudera
bongkahan batu-batuan kehidupan

rajang, pecahkanlah
ketabahanmu perkasa..

sungai yang jernih, 
bawa segala suka dan duka; sama
mengalir deraslah, 
bawa air matanya ke muara

Demikian lirik lagu "Sungai", karya Thuthak Thuthuk Gathuk (disingkat: TTG), sebuah kelompok musik kontemporer asal Bojonegoro. Jika direnungkan, lirik lagu "Sungai" di atas sangat sarat makna, memberi banyak pemahaman tentang arti kehidupan. “sungai yang jernih,” merepresentasikan pikiran dan hati yang bersih nan bening. Melalui pikiran dan hati yang jernih ini, seseorang akan tetap tenang, selalu optimis, dalam melangkah mengarungi bahtera kehidupan yang penuh tantangan dan ujian – yang penuh kerikil-kerikil tajam, bongkahan bebatuan besar yang kokoh menghadang, sehingga menimbulkan suara riak air yang melewatinya. 

“bawa segala suka dan duka; sama”. Rasa duka kesedihan dan suka cita ataupun kebahagiaan, semua sama-sama berkontribusi besar dalam diri seseorang. Orang bisa merasakan kebahagiaan karena pernah merasai kesedihan, dan orang bisa merasakan kesedihan sebab pernah merasai kebahagiaan. Kebahagiaan dan kesedihan, keduanya memupuk pengalaman batin seseorang, menempa dan membentuknya tumbuh lebih dewasa.

Orang yang sudah mampu menyelami dan memahami siklus suka-duka ini, ia Waskito, ia akan tumbuh menjadi orang yang kuat lahir dan batin. Sebagaimana digambarkan dalam lirik; “rajang, pecahkanlah! ketabahanmu perkasa..”. Orang yang sudah mencapai level ini, ia tetap bisa bahagia saat bersedih, dan bisa bersedih saat bahagia. Pada segala bentuk kesedihan, ia terima dengan hati yang lapang; “mengalir deraslah, bawa air matanya ke muara”. Adapun "muara", ibarat sebuah perjalanan, ia adalah akhir dari segenap kehidupan, perhentian terakhir.

**
Dalam konteks sosial-budaya, sungai memiliki hubungan erat dengan sejarah perkembangan peradaban manusia. Banyak peradaban besar di dunia lahir dan tumbuh berdekatan dengan sungai. Termasuk peradaban Nusantara, seperti Sriwijaya dan Mataram. 

Sungai memiliki peran strategis dalam sektor pertanian. Lahan-lahan pertanian yang dilewati aliran sungai umumnya sangat subur, cocok ditanami berbagai jenis tanaman; mulai dari padi, palawija hingga tanaman sayur sayuran. Ikan yang hidup di air sungai juga sangat enak, sehingga menyuplai kebutuhan lauk-pauk sehari-hari. Selain itu, pada jaman dulu, sungai juga menjadi sarana jalur transportasi umum. Banyak pedagang hilir-mudik, mengangkut barang dagangannya lewat sungai, melalui perahu atau rakit. Saat ini jalur transportasi sungai di beberapa tempat di Indonesia masih ada, meskipun tidak banyak dan tidak seramai dulu.

Namun sayangnya, kondisi sungai-sungai di Indonesia saat ini banyak yang memperihatinkan. Banyak sungai yang sudah tercemari berbagai limbah, baik limbah industri ataupun limbah rumah tangga. Contohnya, sungai Bengawan Solo yang kondisinya saat ini cukup memprihatinkan. Sungai terpanjang di Jawa ini sering tercemari berbagai limbah; seperti limbah pabrik alkohol, peternakan babi, tekstil, hingga sampah popok dan jenis sampah rumah tangga lainnya. Padahal air sungai banyak digunakan untuk berbagai keperluan, seperti untuk mengairi lahan pertanian, memberi makan minum ternak, air sungai juga banyak dipakai sebagai bahan baku air PDAM dan lain-lain.

Dengan mempertimbangkan manfaat dan arti penting sungai bagi banyak kehidupan, maka sudah semestinya ia harus dijaga kelestariannya. Sungai merupakan sumber daya alam terbarukan (renewable) yang harus dirawat agar ekosistemnya tetap terjaga. Di negara-negara maju, sungai jadi aset yang tak ternilai, keberadaannya sangat diperhatikan. Airnya bersih. Sepanjang alirannya banyak ditanami pohon, bunga dan tanaman hijau. Bebatuan tertata rapi, membuatnya nampak eksotis dan artistik. Burung berkicau bersautan, berkelindan dengan suara gemercik air, menambah syahdu suasana sungai. Bagai ilustrasi tentang suasana surga, yang didalamnya mengalir sungai-sungai yang jernih dan banyak pohon-pohon rindang.

***
Nah, PRCi Podcast episode ke-10 ini, akan berbincang-bincang dengan perwakilan kelompok musik Thuthak Thuthuk Gathuk (TTG). Yakni Mas Oki Dwi Cahyo (Vokalis) dan Mas Radinal Ramadhana (Gitaris). Dalam obrolan ini akan membincang berbegai hal, seperti proses kreatif hingga nilai-nilai dan idealisme kelompok musik ini dalam berkarya. Karena bisa dibilang, semua lagu-lagu kelompok musik "TTG" ini berbicara tentang lingkungan, termasuk di dalamnya mengandung isu sosial-budaya dan ekonomi pinggiran. 

Sepertinya, kelompok musik "TTG" ini hendak menyampaikan concern mereka terhadap kondisi lingkungan yang mulai kritis, akibat ulah tangan-tangan jahil manusia yang nir kepedulian terhadap kelestarian alam. Mungkin saja, melalui kekuatan lirik dan aransemen musik yang cukup unik ini, mereka ingin mengajak bicara pada kita semua melaui lirik-lirik yang puitis, agar kita tergerak bersama membangun harmoni dengan alam; hutan, sungai, air, udara, biota, dan tumbuh-tumbuhan.

Jangan salah sangka. Bahwa bahasa musik terkadang melampui kata-kata biasa. Ia sangat halus, mampu meliakliuk. Diibaratkan, seandainya musik menusuk relung hatimu, kau takkan merasakan rasa sakit. Seorang sastrawan besar, Paulo Coelho, mengatakan, "Musik adalah ideologi. Kau dapat menilai seseorang dari jenis musik yang mereka dengar".

Selamat mendengarkan..

Share Link: