Mahasiswa S2 Asal Norwegia Kunjungi Rumah Kolaborasi, Belajar Dinamika Migas di Bojonegoro
Admin, Published at 2022-09-17
Sumber: Photo by: Joko R.
Bojonegoro – Melimpahnya sumber daya alam migas di Bojonegoro berikut dinamika sosial ekonomi, lingkungan dan politik di daerah yang sering di sebut “Kota Ledre” ini banyak memantik perhatian banyak pihak. Termasuk orang luar negeri, seperti Nils Oskar Tronrud dan Sebastian Kronback, mahasiswa magister asal Norwegia.
Nils dan Sebastian, nama akrab keduanya, ditemani Tim dari lembaga Research Center for Politics and Government (Polgov) Universitas Gadjah Mada (UGM) berkunjung ke Rumah Kolaborasi, bertemu dengan perwakilan Bojonegoro Institute dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bojonegoro, pada Kamis (15/9/2022) malam.
Kiki Nurshafira, perwakilan dari Polgov UGM, mengatakan bahwasanya maksud dan tujuan dari kunjungan mereka adalah untuk belajar tentang dinamika Bojonegoro sebagai kabupaten pengahsil migas terbesar di Indonesia.
“Tujuan kedatangan kami di sini untuk bertemu dengan teman-teman Bojonegoro Institute dan AJI, untuk belajar banyak tentang dinamika migas di Bojonegoro, terutama yang berkaitan tentang dinamika sosial dan kebijakan tata Kelola migas di daerah,” ungkap Kiki, panggilan akrabnya.
Menanggapinya, Aw Syaiful Huda, Direktur Bojonegoro Institute, mengatakan sangat menyambut baik kunjungan tersebut, bahkan ia mengutarakan ketertarikan untuk belajar, terutama pada Nils dan Sebastian, terkait Dana Abadi Migas di Norwegia.
“Mumpung kami ketemu dengan Nils dan Sebastian, yang datang jauh-jauh dari Norwegia, maka kami pun ingin nanya-nanya tentang gambaran Dana Abadi Migas yang dibentuk Pemerintah Norwegia, yang menurut banyak sumber dinyatakan sebagai salah satu betuk Dana Abadi Migas yang terbaik di dunia dari sisi akuntabilitas dan tata kelolanya,” kata Awe.
Setelah sesi perkenalan, kegiatan diskusi dibuka terlebih dahulu dengan nonton bersama film dokumenter kolaborasi bersama Pattiro, Bojonegoro Institute dan Lembaga Penelitian dan Aplikasi Wacana (LPAW) Blora, yang berjudul “People, Oil, Policy; Playing Between Welfare and Curse”.
Setelah pemutaran film selesai, diskusi tentang dinamika sosial - termasuk bagaiman peran Bojonegoro Institute dan AJI Bojonegoro dalam mengawal industrialisasi migas di daerah agar terhindar dari kutukan sumber daya alam - pun berlangsung cukup hangat. Meskipun diskusi berlangsung santai, tetapi pertanyaan dan tanggapan yang banyak dilontarkan cukup serius, sehingga beberapa kali harus menampilkan data maupun bahan pendukung.
Lalu saat giliran Nils dan Sebastian diminta memaparkan tentang Dana Abadi Migas yang dibentuk pemerintah Norwegia (1990), Nils membuka laptop lalu menampilkan website yang menampilkan data dan informasi mengenai Dana Abadi Migas Norwegia, yang diberi nama “the Government Pension Fund Global” atau disebut juga "Norway’s Oil Fund".
Menurut penjelasan Nils, informasi tentang dana abadi migas atau yang diberi nama “the Government Pension Fund Global,” sangat terbuka dan dapat diakses oleh publik secara online dan realtime. Nils pun menunjukkan laman website yang dimaksud, disaksikan semua orang yang hadir dalam diskusi. Pada laman website terlihat data Dana Abadi Migas Norwegia yang terbuka secara online dan realtime. Website juga memuat publikasi data-data analisis dan dokumen laporan audit pertahunnya.
Nils juga menyebut bahwa dari nilai investasi dana abadi migas Norwegia, hanya sekitar 3,5 persen yang diambil atau dimasukkan dalam APBN Norwegia pertahun yang digunakan untuk anggaran pembangunan. Aset dari "Norway’s oil fund" juga digunakan untuk termasuk investasi sektor energi terbarukan.
Pembentukan Dana Abadi Migas di Norwegia, menurut Nils, dilatarbelakangi belajar dari penyakit Netherlands, yang pernah jadi negara kaya migas namun justru perekonomian atau sektor industry mereka mengalami penurunan secara drastis. Penyakin ini dikenal dengan istilah “Dutch Desease”. Tidak ingin mengalami hal yang sama, pemerintah Norwegia menggagas pembentukan dana abadi migas di tahun 1990.
Semakin malam, diskusi makin hangat. Namun saat kondisi sudah larut malam, diskusi yang dimulai sejak pukul 20.00 Wib ini pun akhirnya diakhiri pada pukul 23.00 Wib.
Dan sebagai informasi tambahan, Rumah Kolaborasi merupakan ruang kerja bersama (Coworking space), yang digagas oleh Bojonegoro Institute dan AJI Bojonegoro, yang difungsikan sebagai tempat ataupun ruang bekerja, berkarya dan membangun kolaborasi di antara para pegiat masyarakat sipil dan jurnalis di daerah.