Serap Emisi Karbon, Desa Penghasil Migas Lapangan Kedung Keris Blok Cepu Kembangkan Kawasan Arboretum
Admin, Published at 2024-02-06
Sumber: By Joko Riyadi
Bojonegoro – Pemerintah Desa (Pemdes) Sukoharjo bersama warga, perguruan tinggi serta beberapa organisasi masyarakat sipil (OMS) melakukan kegiatan penanaman pohon untuk konservasi lingkungan dan pengembangan kawasan Agroforestri Desa Sukoharjo, pada Minggu (4/2/24).
Kegiatan penanaman dimulai sejak pukul 07.00 Wib, kemudian dilanjutkan dengan acara sarasehan lingkungan dan pementasan seni pertunjukan teater yang bertemakan lingkungan.
Sulistiyawan, Kepala Desa Sukoharjo, Kecamatan Kalitidu menjelaskan bahwasanya kegiatan penanaman pohon akan dilakukan secara rutin, menjadi agenda mingguan Desa Sukoharjo.
“Rencananya ini akan jadi gerakan masyarakat Desa Sukoharjo. Penanaman pohon ini akan rutin dilakukan,” ungkapnya.
Sulis, panggilan akarabnya, menjelaskan kegiatan penanaman pohon ini muncul dari kepedulian dan kesepahaman bersama, antara Pemdes, warga, akademisi dan beberapa pegiat organisasi masyarakat sipil mengenai kondisi kerusakan lingkungan yang makin parah dan krisis iklim. Kenaikan suhu bumi yang sangat dirasakan dampaknya oleh masyarakat, krisis iklim, cuaca ekstrim serta pergantian musim yang makin tidak menentu.
“Sukoharjo merupakan salah satu desa penghasil migas di Bojonegoro, dengan demikian Desa Sukoharjo termasuk ikut jadi penyumbang emisi karbon yang menyebabkan pemanasan global. Gerakan penghijauan ini merupakan bagian dari tanggunjawab moral kami untuk berkontribusi dalam penyerapan emisi,” bebernya.
Kegiatan konservasi dan pengembangan kawasan Agroforestri Desa Sukoharjo bertujuan untuk pembangunan lingkungan dan juga peningkatan pendapatan warga melalui pengembangan budidaya tanaman buah-buah yang memiliki nilai ekonomis.
“Jika pengembangan Agroforestri ini berhasil, kami juga akan membangun taman Arboretum, sehingga ke depannya kita bisa mengembangkan ekowisata atau wisata berbasis alam,” ujarnya.
Arboretum atau biasa disebut botanical garden (hutan buatan) merupakan kebun tempat koleksi berbagai jenis tanaman, yang difungsikan untuk sarana penelitian, wisata dan juga pendidikan, seperti tempat belajar, laboratorium dan praktek lapangan.
Terkait pengembangan Agroforestri dan taman Arboretum ini, Pemdes Sukoharjo berkolaborasi dengan Bojonegoro Institute (BI), Pegiat Ekowisata Agni Istighfar Paribrata dari East Java Ecotourism Forum (EJEF), Universitas Bojonegoro, Yayasan Adopsi Hutan Jawa Timur (YAH-JT), Aktore Media Art dan lainnya.
"Selama ini kami secara intens didampingi Bojonegoro Institute (BI), mulai dari pemetaan masalah, kendala-kedala, tingkat kerentanan sosial-ekonomi dan lingkungan, hingga sampai pada merumuskan strategi pengembangan potensi Desa Sukoharjo secara partisipatif," pungkasnya.
Kolaborasi Multipihak; Pendampingan Bojonegoro Institute (BI)
Kegiatan konservasi dan pengembangan Agroforestri Desa Sukoharjo pun mendapat apresiasi dan dukungan dari Bojonegoro Institute. Direktur Bojonegoro Institute, Aw Syaiful Huda mengatakan, Desa Sukoharjo menjadi salah satu dari pilot project (proyek percontohan) dari program penguatan kelembagaan dan pengembangan inovasi percepatan pengentasan kemiskinan desa yang sedang dijalankan Bojonegoro Institute bekerjasama Pattiro (Pusat Telaah dan Informasi Regional) dengan dukungan Ford Foundation.
“Kami melakukan kegiatan SLA (Sustainable Livelihood Approach). Kesimpulan sementara dari 5 (lima) modal penghidupan, berupa modal alam, modal manusia, modal sosial, modal finansial dan modal infrastruktur, adanya eksploitasi sumber daya migas belum menimbulkan multilply effect bagi beberapa parameter penghidupan masyarakat desa setempat,” jelas Awe, panggilan akrabnya.
Padahal menurut Awe, sebagai desa terdampak industri migas lapangan Kedung Keris (KDK) Blok Cepu, Desa Sukoharjo memikul beban sosial dan lingkungan yang lebih berat. Mulai dari permasalahan kemiskinan, kesenjangan sosial, hingga dampak-dampak kegiatan indutri bagi penghidupan dan lingkungan warga sekitar.
Lebih lanjut, Awe mengungkapkan bahwa meskipun sebagai desa penghasil migas, tingkat kemiskinan Desa Sukoharjo saat ini relatif masih cukup tinggi. Pada tahun 2023, angka kemiskinan Desa Sukoharjo sekitar 14,04 persen, menempati urutan tertinggi ke-2 di Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro. Ini sebagaimana data kemiskinan yang dilansir Kementrian Dalam Negeri di website: eprodeskel.kemendagri.go.id
“Rencana pengembangan kawasan Agroforestri dan taman Arboretum di Desa Sukoharjo merupakan terobosan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan warga serta meningkatkan kualitas lingkungan. Ini termasuk salah satu bentuk praktik baik dari peran desa dalam penanganan isu lingkungan dan krisis iklim global,” jelasnya.
Awe menjelaskan bahwa pembangunan lingkungan sudah semestinya mendapat perhatian lebih dari para pihak, mengingat kondisi lingkungan makin kritis. Berdasarkan data Global Forest Wacth, sejak tahun 2001-2022, Bojonegoro kehilangan luasan tutupan lahan hutan sekitar 41,2 ribu hektar. Jumlah ini jika dikonversi tingkat pelepasan emisi karbon setara dengan 2,11 juta mega ton karbon.
“Kondisi ini butuh perhatian semua pihak, perlu gerakan bersama untuk merperbaiki lingkungan, seperti aksi penghijauan yang dilakukan warga Sukoharjo hari ini,” pungkas Awe.