Hari Peduli Sampah Nasional, Yuk Olah Sampah Dapur Jadi Pupuk Organik

Admin, Published at 2021-02-21

Sumber: Photo by Tulus Adarrma

Bojonegoro – Di Indonesia, setiap tanggal 21 Februari diperingati sebagai Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN). Nah, ngomong-ngomong soal sampah, tahu tidak berapa produksi sampah di Indonesia setiap hari? Dikutip dari sumber Katadata.co.id, jumlah produksi sampah di Indonesia ternyata per jam bisa mencapai 7300 ton lhoh. Sehari, jumlah produksi sampah bisa sekitar 175 ribu ton. Dalam jangka sepuluh tahun, jumlah produksi sampah di Indonesia bisa mencapai sekitar 640 juta ton. Jika ditimbun dalam satu tempat, maka bisa membentuk gunung sampah dengan ketinggian 5 kali Monas di Jakarta. 

Masih menurut Katadata.co.id, jenis sampah yang diproduksi paling banyak didominasi sampah sisa makanan, sayuran, hingga buah-buahan dan tumbuhan, sekitar 60 persen. Sampah plastik, berupa botol, kantong plastic, sedotan dan lainnya, menempati posisi kedua, sekitar 14 persen. Lalu sisanya, berupa sampah kertas, karet, logam dan sampah lainnya. 

Melimpahnya jumlah produksi sampah ini, tentu saja jadi permasalahan pelik, karena belum didukung pelaksanaan manajemen pengendalian dan pengelolaan sampah yang baik. Tingkat penggunaan sampah plastik masih cukup tinggi dan pengelolaan sampah organik pun masih cukup rendah. Sehingga sampah-sampah ini pun pada akhirnya menumpuk di TPA (Tempat Pembuangan Akhir). 

Hasilnya, TPA di kota-kota besar, seperti di DKI, Yogyakarta dan lainnya, sudah tak mencukupi lagi untuk menampung beban volume sampah yang sudah berlebih tersebut. Tak heran, beberapa waktu lalu, timbul gesekan antar Pemda (Pemerintah Daerah) terkait pengelolaan sampah ini sempat mengemuka. Sebut saja Pemda DKI dengan Pemda Bekasi beberapa waktu lalu.

Konsep Eco Living dan Pengendalian Sampah Rumah Tangga di Bojonegoro

Persolan pengelolaan sampah ini pun tidak hanya terjadi di kota-kota metropolis, sebenarnya di daerah seperti Kabupaten Bojonegoro, permasalahan pengelolaan sampah pun perlu mendapat perhatian serius para pihak. Meskipun masalahnya belum sepelik yang dialami kota-kota besar di Indonesia.

Menurut Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bojonegoro, setiap warga Bojonegoro menghasilkan sampah kurang lebih sekitar 0,4 kilogram per hari. Jika jumlah penduduk sekitar 1,3 juta, maka diperkirakan jumlah produksi sampah bisa mencapai sekitar 550 ton per hari. Dalam setahun bisa mencapai sekitar 200 ribu ton sampah perorangan. Padahal TPA yang ada saat ini, hanya cukup bisa menampung sekitar 80 sampai 100 ton per hari. Seperti dikutip dari blokBojonegoro.com.

Dengan melihat kondisi seperti ini, maka sangat diperlukan adanya upaya pengendalian sampah di daerah melalui edukasi dan penerapan pengelolaan sampah yang baik berbasis rumah tangga maupun berbasis komunitas warga. Kegiatan edukasi, penyadaran dan penerapan eco living (gaya hidup ramah lingkungan) kepada warga masyarakat Bojonegoro secara luas, perlu digalakkan.

Bentuk pengendalian dan pegelolaan sampah yang sesuai konsep eco living, salah satunya dengan memanfaatkan sampah organik dapur sebagai bahan pupuk organik yang sangat berguna bagi kesuburan tanaman. Sampah organik dapur bisa diolah menjadi dua jenis pupuk organik, yakni Pupuk Organik Cair (POC) dan kompos padat. Terkait dengan pemanfaatan sampah organik dapur ini, PRCI telah membuat program piloting (percontohan) yang melibatkan beberapa kaum muda dan komunitas dampingan.

“Tim PRCI membuka ruang kolaborasi, saling bertukar pengetahuan dan pengalaman, serta pendampingan bagi rumah tangga ataupun komunitas yang ingin memanfaatkan sampah organik dapur sebagai bahan pupuk organik untuk tanaman,” kata Aw Syaiful Huda.

Menurut referensi yang ada, berbagai jenis sampah organik dapur mengandung unsur-unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman. Seperti unsur Nitrogen, Fospor, Kalium, Magnesium, Zat Besi, Hormon Giberelin dan lainnya. Untuk mengetahui beberapa kandungan unsur hara dari berbagai jenis sampah organik dapur, bisa dilihat/dibaca pada poster berikut ini (klik di sini) dan di sini.

“Persolan lingkungan adalah tanggung jawab kita semua, sehingga gaya hidup ramah lingkungan (eco living), perlu dibudayakan di tengah-tengah masyarakat kita”, ungkap Tulus Adarrma.

 

Share Link: