Angka Kematian Covid-19 Kabupaten Bojonegoro Peringkat 10 Se-Jatim

Admin, Published at 2020-06-20

Sumber: http://freepik.com

Bojonegoro – Angka kasus positif Covid-19 di Jawa Timur terus meningkat. Per Jumat (19/6), berdasarkan data yang ditampilkan pada website www.covid19.go.id (yang diakses pada Sabtu, tanggal 20 Juni 2020 Pkl. 11.03 WIB) menunjukkan jumlah warga di Jawa Timur yang terkonfirmasi positif Covid-19 mencapai 9.057 orang. Dengan rincian, sebanyak 678 orang telah dinyatakan meninggal dunia dan 2.562 orang dinyatakan sembuh, sedangkan sebanyak 5.817 orang masih dalam perawatan.

Dari data jumlah warga yang terkonfirmasi positif Covid-19 tersebut, Provinsi Jawa Timur menempati urutan kedua, di bawah Provinsi DKI Jakarta. Namun untuk tingkat angka kematian warga yang terkonfirmasi Covid-19, Jawa Timur berada di urutan pertama, baru disusul DKI Jakarta.

Pada laman website covid19.go.id juga menunjukkan data mayoritas warga Jawa Timur yang tertular Covid-19 adalah warga dengan kelompok usia 46-59 tahun (sebanyak 31.4%), berikut kelompok usia 31-45 tahun (sebanyak 27.4%), kelompok usia di atas 60 tahun (sebanyak 17.9%), kelompok usia 18-30 tahun (sebanyak 16.8%) dan kelompok usia 6-17 tahun (sebanyak 4.9%). Selain itu, terdapat kasus positif Covid-19 yang melibatkan anak usia di bawah 5 tahun (sebanyak 1.6%).

Sedangkan untuk klasifikasi warga di Jawa Timur yang terkonfirmasi tertular Covid-19 dan dinyatakan meninggal dunia mayoritas merupakan warga usia di atas 60 tahun (sebanyak 41.9%) dan warga dengan usia 45-59 tahun (sebanyak 41.9%). Selanjutnya warga usia 31-45 tahun (sebanyak 13.8%), warga usia 18-30 tahun (sebanyak 2%), warga usia 6-17 tahun (sebanyak 0.3%) dan warga usia 0-5 tahun (sebanyak 0.2%).

Dan berikut sepuluh peringkat kabupaten dan kota di Jawa Timur dengan jumlah angka kematian warga yang terkonfirmasi tertular Covid-19 terbanyak; 1). Kota Surabaya (ada 346 jiwa); 2). Kabupaten Sidoarjo (ada 88 jiwa); 3). Kabupaten Gresik (ada 42 jiwa); 4). Kabupaten Lamongan (ada 29 jiwa); 5). Kabupaten Pasuruan (ada 22 jiwa); 6). Kabupaten Bangkalan (ada 21 jiwa); 7). Kabupaten Malang (ada 18 jiwa); 8). Kabupaten Jombang (ada 17 jiwa); 9). Kabupaten Pamekasan (ada 17 jiwa); 10). Kabupaten Bojonegoro (ada 12 jiwa). Data ini bersumber dari website infocovid19.jatimprov.go.id (diakses Per Jumat, tanggal 19 Juni 2020) yang diolah oleh Tim PRC-Initiative.

Merespon tingginya jumlah kasus dan tingkat kematian warga yang terkonfirmasi tertular Covid-19 ini, pegiat SPEAK (Suara Perempuan Penggerak Komunitas) Kabupaten Bojonegoro, Lilis Aprilliati berharap pemerintah pusat maupun daerah agar melakukan upaya-upaya pencegahan dan penanganan pandemi Covid-19 yang efektif dan maksimal.

"Berdasarkan jumlah angka kematian Covid19, Bojonegoro berada di urutan terbanyak ke-10 dari 38 kabupaten dan kota di Jawa Timur," ujar Lilis, nama panggilannya. 

Lilis pun berharap pemerintah daerah setempat agar terus meningkatkan sosialisasi dan edukasi pada warga tentang bahaya Covid-19, termasuk cara penyebarannya serta perlunya kesadaran dan gerakan bersama untuk menjalankan langkah-langkah antisipasi atau pencegahannya.

"Meningkatkan sosialisasi dan edukasi tentang penerapan protokoler Covid-19, seperti perlunya gerakan bersama untuk social distancing, menggalakkan pemakaian masker, pembiasaan cuci tangan dengan sabun ataupun penggunaan hand sanitizer, serta perlunya upaya menjaga imun tubuh," ulasnya.

Karenanya, Pemerintah dalam hal ini pun diharapkan dapat memastikan dan mengontrol ketersediaan masker, vitamin, alkohol ataupun hand sanitizer, agar  mudah dijangkau oleh warga masyarakat. Selain itu juga kapasitas dan kualitas layanan kesehatan juga perlu ditingkatkan, biar ketika ada pasien yang perlu dirawat, kondisinya tidak semakin buruk.

"Kapasitas dan kualitas layanan kesehatan perlu ditingkatkan, seperti SDM, fasilitas peralatan medis pendukung dan lainnya," jelas Lilis.

Perempuan yang juga sebagai ketua KOPRI PMII Bojonegoro ini, berharap pula agar pemerintah daerah serius melakukan pelacakan (tracking) sebaran virus dengan cara memperbanyak melakukan tes pemeriksaan penularan Covid-19 dengan alat yang lebih akurat dan cepat. 

"Dengan APBD yang cukup besar, tertinggi kedua di Jatim, Bojonegoro mustinya mampu membeli alat tes pemeriksaan Covid-19 sendiri," katanya.

Namun ia menambahkan, agar sebelum melakukan pemeriksaan, perlu dilakukan sosialisasi dan edukasi kepada warga tentang pentingnya tes penularan Covid-19 ini, termasuk juga menyiapkan langkah-langkah antisipasi dan konsekuensi paska dilakukan pemeriksaan tersebut.

"Jika tidak ada edukasi dan sosialisasi tentang tes penularan Covid-19 serta tidak dibarengi strategi komunikasi yang baik, bisa-bisa warga jadi ketakutan, syok, bahkan bisa terjadi penolakan maupun perlawanan," ujar Lilis.

Menurut Lilis, langkah-langkah di atas akan berjalan baik, jika ada komunikasi yang baik antara pemerintah dengan warga, adanya sinergitas para pihak, baik pemerintah, tokoh masyarakat, tokoh agama, akademisi, aktifis sosial atau pegiat OMS (Organisasi Masyarakat Sipil) maupun pihak-pihak lain yang punya peranan cukup strategis untuk mewujudkan gerakan bersama dalam pencegahan dan penanganan Covid-19 di daerah.

Persoalan penting lainnya, yang menurut Lilis perlu mendapat perhatian pemerintah adalah permasalahan dampak ekonomi dan dampak fiskal (anggaran) daerah akibat pandemi Covid-19 ini.

"Warga yang terdampak perekonomiannya akibat Covid-19 ini harus benar-benar diperhatikan, terutama kelompok masyarakat rentan. Program perlindungan sosial yang dirumuskan dan diberikan harus tepat sasaran. Tentu saja, ini salah satunya harus didukung data yang benar dan berkualitas, yakni data yang valid dan ter-update," pungkasnya.

Share Link: